Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kakak Aman Indonesia, Kolaborasi yang Menghidupkan Masa Depan Anak Indonesia

 


Langkah pertama tak perlu sempurna. Kakak Aman Indonesia berawal dari obrolan di warung bakso. Saat itu Hana dan rekan-rekannya geram melihat kembali ada pemberitaan tentang kasus kekerasan seksual pada anak. Tanpa pikir panjang mereka melaksanakan kegiatan di sebuah sekolah dasar. Bermodal update status WhatsApp kegiatan mereka semakin dikenal. Permintaan untuk edukasi pun semakin meluas.

 

Semangat itu membawa Hana Maulida bersama komunitasnya Kakak Aman Indonesia mendampak ke banyak daerah. Sekarang lebih dari 4000 anak, 250 guru/orangtua, dan 17 daerah teredukasi tentang kekerasan seksual. Hana meyakini bahwa masyarakat sangat butuh edukasi tentang kekerasan seksual anak itu.

Hana yang merupakan aktivis di bidang perlindungan anak di kabupaten Serang provinsi Banten pernah menemui anak usia tujuh tahun yang pernah mengalami pencabulan sebanyak sepuluh kali. Oleh siapa? Pelakunya adalah ayahnya. Sosok yang seharusnya memberikan kenyamanan dan melindungi malah jadi sosok predator anak. Anak itu sudah bercerita kepada sang ibu dan keluarga terdekat tetapi tidak ditanggapi serius.

Semestinya anak usia tujuh tahun sudah bisa diajak ngobrol. Sedang lucu-lucunya. Namun karena kekerasan seksual yang dialaminya membuat dia menjadi sosok pendiam. Wajahnya menyimpan rasa takut dan was-was setiap melihat orang dewasa. Sang anak ternyata tidak mendapat informasi tentang edukasi kekerasan seksual. Tidak ada satu orang pun yang memberitahu dia tentang pentingnya menjaga diri juga menolak ketika seseorang memegang bagian tubuh pribadinya. 

Mengurangi Gap Lebar 

Hana berkomitmen agar anak-anak Indonesia sadar bahwa pendidikan seksual itu penting untuk mereka.  Sebab, ada gap yang begitu lebar antara anak-anak dengan orang dewasa. Anak-anak minim wawasan tentang pendidikan seksual. Sebaliknya, orang dewasa banyak menganggap hal itu sebagai tabu. 

Pengalamannya di lapangan menyimpulkan bahwa pendidikan seksual tidak bisa hanya mengandalkan keluarga atau pihak sekolah saja. Orang terdekat keluarga atau guru bisa kurang peduli. Lantas kepada siapa anak-anak harus berharap kalau bukan kita yang peduli? 

Kasus kekerasan seksual pada anak semakin meningkat. Data Kementerian PPA di 2024 mencatat sekitar 20.000 kasus kekerasan pada anak. Sekitar 60% diantaranya itu adalah kekerasan seksual. Trennya terus meningkat.   

Beberapa jenis kekerasan yang dialami anak di antaranya kekerasan fisik, psikis, perundungan, kekerasan seksual, diskriminasi, dan intoleransi. Kasus yang mendominasi adalah kekerasan seksual. Sungguh miris dan menyedihkan. 

Selama di lapangan Hana menyimpulkan kasus kekerasan seksual pada anak ibarat fenomena gunung es. Memang banyak data yang sudah terungkap tetapi data yang belum terungkap jauh lebih banyak. 

Bahkan sebagai korban pun banyak keluarga yang tidak mau melapor karena menganggapnya sebagai aib. Merasa kasus ini sebagai tabu yang sulit dibicarakan dan diketahui umum. 

Pihak keluarga korban pun merasa malu ketika lapor kepada pihak berwajib. Selain itu, mereka tak berdaya. Ada banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk mengurus laporan itu. Bagi masyarakat ekonomi menengah ke bawah tentu berat. Jadi banyak orang yang sudah menyerah sejak awal.

Dengan mengedukasi, Kakak Aman Indonesia menguatkan pencegahan kekerasan seksual pada anak. Ini merupakan angin segar bagi masyarakat. Selama ini ada dua kendala yang dihadapi dalam pencegahan kekerasan seksual pada anak. 

Pertama, dianggap tabu. Banyak orang yang sebenarnya sudah dewasa tetap merasa sungkan membicarakan pendidikan seksual. Jika pun akhirnya mereka harus membahasnya, suasana sering terasa kikuk dan penuh keraguan. Kakak Aman Indonesia hadir mengikis paradigma tabunya pendidikan seksual pada masyarakat.

 Kedua, banyak orang dewasa merasa tidak punya kapasitas untuk menyampaikan edukasi seksual. Ini terjadi pada orang tua maupun pendidik. Karena sudah dengar kata seksualnya saja itu sudah menarik diri. Banyak yang berpikir apa yang perlu saya ajarkan? Makanya di sini Kakak Aman Indonesia hadir mengisi gap itu.

Penamaan Kakak Aman memiliki filosofi mendalam. Di dalamnya ada harapan agar sosok kakak menjadi sumber bimbingan, keamanan, dan ketenangan. Siapa pun yang bergabung dalam gerakan ini dilihatnya sebagai sosok kakak. Kakak mengesankan sosok yang menjadi teman, sederajat, tapi tetap bisa melindungi anak. Beda halnya misalkan anak dengan ayah bundanya atau dengan guru masih terkesan agak jauh ya. Sosok kakak juga lebih merangkul dan anak-anak bisa lebih nyaman. Itulah filosofi ‘Kakak Aman’. Kondisi ‘aman’ itu adalah kondisi bebas dari bahaya. Aman juga merupakan kebutuhan paling mendasar setiap orang. Setiap orang itu ingin dan berhak merasa aman dari ketakutan-ketakutan apa pun.

 Visi Kakak Aman Indonesia adalah menciptakan lingkungan yang aman bagi anak untuk tumbuh dan berkembang sehingga anak dapat fokus dalam menemukan potensi terbaik yang ada dalam dirinya.

Kakak Aman Indonesia memiliki tiga visi. Pertama, meningkatkan pengetahuan dan kemampuan anak dalam melindungi diri melalui pendidikan seksual. Dua, meningkatkan kesadaran (awarness) masyarakat terhadap isu kekerasan anak pada umumnya dan kekerasan seksual pada khususnya. Ketiga, meningkatkan pengetahuan dan kemampuan orang dewasa yang berada di sekitar anak dalam memberikan edukasi perlindungan diri bagi anak.

 Fokusnya pada meningkatkan pengetahuan dan kemampuan anak dalam melindungi diri melalui pendidikan seksual. Tidak hanya menyasar anak-anak saja tapi juga ke orang tua dan guru sebagai support system anak.

Meluaskan Dampak, Kolaborasi Bergerak


 Pada awalnya Kakak Aman Indonesia berkegiatan kepada anak-anak saja. Setelah itu banyak orang tua yang butuh edukasi serupa untuk guru, orang tua atau komite di sekolah. Untuk memperluas dampak positif itu, sekarang Kakak Aman Indonesia memiliki komunitas guru aman. Harapannya, guru-guru yang sudah teredukasi menjadi tempat bagi para pendidik menjadi solusi berbagai masalah yang mereka hadapi di sekolah.

Kakak Aman Indonesia terdiri dari banyak orang dengan berbagai latar belakang pekerjaan dan pendidikan. Ada yang bekerja di perlindungan anak, pegawai pemerintah rumah sakit, dan influencer, dan lainnya. Kakak Aman  Indonesia adalah tempat bersama-sama mencari ilmu dan saling berbagi.

 “Tidak perlu punya profesi atau keahlian khusus untuk bisa mengedukasi anak-anak terkait pendidikan seksual. Siapa pun bisa menyampaikan edukasi seksual ke anak-anak di sekitarnya. Intinya kemauan belajar dan kepedulian,” tegas Hana. 

Di dalam komunitas itu pula mereka saling menyemangati untuk terdepan melawan kekerasan seksual pada anak. Jika mereka saja bukan fokus bekerja di perlindungan anak tetapi sangat semangat melakukan aktivitas tersebut, maka Hana merasa harusnya dia lebih semangat karena bekerja memang di bidang ini.

 “Bagiku rekan kerja menjadi energi dan inspirasi. Mereka bukanlah orang-orang yang bekerja di ranah anak atau di pendidikan, tapi concern sama isu kekerasan seksual pada anak. Itu sih luar biasa. Menyisihkan waktu, tenaga, materi untuk bergerak peduli serta melawan kekerasan seksual.”

 

Kakak Aman Indonesia berkiprah sejak 2023. Berbagai modul untuk pencegahan kekerasan pada anak sangat fleksibel dan tidak terbatas wilayah geografis. Kakak Aman Indonesia memiliki modul yang dibuat sederhana agar mudah ditiru dan digunakan oleh siapa pun dan di mana pun. Menggunakan bahan-bahan sederhana yang dimiliki masing-masing orang.

Beragam modulnya meyakinkan dan memberikan kesadaran bahwa seorang anak itu berharga. Ini disampaikan melalui metode-metode yang menyenangkan. Sehingga mudah dipahami anak. Di antaranya melalui dongeng, dialog interaktif, lembar mewarnai (worksheet), bernyanyi/menari, poster edukasi dan lainnya. Salah satu posternya berisi konten aku bisa melindungi diriku, berani bilang tidak, lari ke tempat aman, lapor pada orang dewasa yang dipercaya, dan lainnya. Prinsipnya 3M yaitu mudah, murah, dan menyenangkan. Modul-modul yang digunakan sudah dikonsultasikan secara mendalam dengan psikolog pendidikan, psikolog anak, dan dokter. 

Uniknya, Kakak Aman Indonesia berusaha menghindari segala sesuatu yang digital. Poster misalnya, selain memberikan konten edukasi, penggunaannya membuat para kakak bisa lebih banyak berinteraksi dengan anak-anak. Ketika mereka ada yang tidak tahu, mereka bertanya sama kakak-kakaknya. Kegiatannya didesain sederhana sehingga bisa diterapkan oleh siapa saja.

Konten utama yang dibagikan intinya ada dua yaitu konsep bagian tubuh pribadi (private part) dan menjadi anak yang berani (bilang tidak, lari, dan melapor). Anak-anak dikelompokkan dalam kelompok kecil. Fasilitator yang biasa dipanggil kakak banyak merupakan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi. Supaya bisa menyampaikan edukasi kepada anak-anak dengan baik mereka juga disesuaikan dengan gendernya. 

Misalnya, seorang kakak fasilitator laki-laki, membimbing lima anak laki-laki. Harapannya, dengan pendamping yang sejenis kelamin, mereka dapat merasa lebih nyaman sehingga lebih mudah terbuka dan berdialog tentang hal-hal yang ingin mereka ketahui. 

Kakak Aman Indonesia membutuhkan semakin banyak jaringan dan kolaborasi. Agenda priorittasnya banyak terbantu hingga dikenal banyak orang dan diketahui oleh hampir seluruh Indonesia. Kolaborasi antar individu maupun kelembagaan sangat penting untuk memperbesar dampak positifnya. 

 Sampai saat ini Kakak Aman Indonesia sudah membangun hubungan baik dengan empat institusi. Ada Kabupaten Serang, Kota Serang, Kota Cilegon, dan terakhir di Kementerian Hak Asasi Manusia. Jaringan kolaborasi juga dijalin dengan perusahaan atau swasta. Kabar baik lainnya, Kakak Aman Indonesia mendapatkan amanah berupa wakaf ruang sekretariat dari Student Center yang basisnya ada di Kota Serang. Berbagai perusahaan juga memberikan dukungannya. Lalu ada Lembaga Forum Anak dan universitas di Banten yang juga memberikan dukungannya. Banyak mahasiswa yang tergerak memberikan dampak positif melalui berbagai program di Kakak Aman.

Bersama Universitas Indonesia (UI), Kakak Aman Indonesia juga mendapatkan program hibah terkait pendidikan seksual yang sensitif budaya. Ke depan Kakak Aman  Indonesia akan berkegiatan di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Ende. Di sana Kakak Aman Indonesia akan melakukan penelitian sekaligus uji coba produk pendidikan seksual yang sensitif budaya di sana.

Kakak Aman Indonesia semakin berkah ketika dipercaya penerima Satu Indonesia Award (SIA). Kakak Aman Indonesia semakin dipercaya dan dilibatkan dengan kegiatan-kegiatan Astra misalnya melaksanakan program edukasi seksual bagi guru-guru PAUD se-Jakarta, Kampung Berseri Astra (KBA) di Tangerang, dan peringatan Hari Anak Nasional (HAN) dari Kementerian PPPA -RI.

Kegiatan Kakak Aman Indonesia meluas ke banyak lapisan. Edukasi dilakukan kepada anak-anak disabilitas dan anak-anak jalanan. Kolaborasi bersama Kok Bisa dan CreativeVox menghasilkan konten yang turut mengedukasi melalui dunia digital.

Kakak Aman Indonesia berharap bermimpi menjadi sebuah gerakan. “Gerakan itu artinya setiap orang bisa gabung di upaya ini. Upaya menyampaikan pendidikan seksual mudah dijangkau atau diakses oleh siapa pun. Sepertinya ini pekerjaan yang tidak selesai-selesai karena Indonesia ini luas sekali. Maka, urusan ini membutuhkan banyak tangan-tangan yang bekerja.” 

Kasus kekerasan seksual pada anak seperti mata rantai yang tak kunjung berakhir. Satu kasus selesai, kasus lain muncul di tempat berbeda. Upaya mengurangi atau menghilangkannya dibutuhkan kolaborasi apik dari berbagai pihak. 

Sekarang Kakak Aman Indonesia menerbitkan buku cerita anak berisi edukasi pencegahan kekerasan seksual. Impiannya pendidikan seksual bisa masuk sebagai kurikulum pendidikan terutama TK dan SD. Lalu punya sekolah ramah dan aman bagi anak. 

Kakak Aman percaya bahwa anak adalah sumber daya paling berharga di dunia dan harapan terbaik untuk masa depan. Namun, masa depan seperti apa yang kita harapkan dari mereka yang sehari-harinya bersinggungan dengan trauma dan ketakutan?

Kekerasan seksual memiliki dampak yang sangat mengerikan. Anak-anak selalu dalam ketakutan, trauma, hingga kehilangan masa depan. Bagaimana mereka bisa tumbuh dan berkembang serta menemukan potensi terbaiknya kalau mereka selalu dibekap trauma? 

Mungkin lingkungan kita tidak bisa steril tapi kita bisa mengupayakan anak-anak kita memiliki imunitas atau perlindungan diri. Faktor luar mungkin sulit dicegah tapi faktor internal sangat mungkin dilakukan. 

Ayo peduli. Bukan hanya untuk anak kita saja tetapi anak-anak di sekitar kita. Kalau mau anak kita bebas dari kekerasan seksual maka mewujudkan lingkungan yang bebas dari kekerasan seksual pula. Sebab, anak-anak kita berada di lingkungan itu.

 

Sumber referensi:

#SatukanGerakTerusBerdampak #KitaSATUIndonesia 

https://kakakaman.id/kakak-aman-indonesia-memeluk-erat-anak-anak-dari-jahatnya-kekerasan-seksual/

https://www.kemenpppa.go.id/siaran-pers/menteri-pppa-banyak-perempuan-dan-anak-korban-kekerasan-tidak-berani-melapor

https://merdekadarikekerasan.kemendikdasmen.go.id/definisi-dan-bentuk-kekerasan/

https://www.tempo.co/info-tempo/mengenal-hana-maulida-pelindung-kekerasan-seksual-anak-lewat-gerakan-kakak-aman-1995297

 

Post a Comment for "Kakak Aman Indonesia, Kolaborasi yang Menghidupkan Masa Depan Anak Indonesia "