Mengelola Komunitas Belajar di Sekolah
Kolaborasi membuat pekerjaan semakin ringan. Ada banyak manfaat dari kolaborasi. Guru akan sering menemukan pembaruan dalam hal kebijakan pendidikan. Misalnya tentang kurikulum. Sudah beberapa kurikulum yang diberlakukan di Indonesia. Kebijakan itu membutuhkan adaptasi seorang guru. Mulai dari memahami dan mengimplementasikannya. Agak berat kalau dikerjakan secara sendiri. Lebih ringan kalau dikerjakan bersama. Makanya, usahakan berkolaborasi.
Kolaborasi
ini bukan hanya sesama guru saja tetapi juga dengan kepala sekolah dan
pengawas sekolah. Kemarin saya mendapatkan pengalaman itu. Jadi kemarin
ada praktik baik pengelolaan komunitas belajar di SMA negeri 2
Leuwidamar. Saya ikut kegiatan yang dalam bentuk webinar itu. Saya
mendapatkan informasi dari pengawas sekolah.
Komunitas
belajar akan efektif dengan mengkolaborasikan sumber daya yang ada di
sekolah tersebut atau kita sebut sebagai tutor sejawat. Ketika tutor
sejawat di sekolah itu memiliki keterbatasan maka kita dapat
mendatangkan tutor-tutor lain tetapi masih diutamakan guru yang
mempunyai pola pikir yang sama.
Tutor
sejawat dilakukan SMAN 2 Leuwidamar, guru-guru diberi kesempatan untuk
memiliki kemandirian memiliki kemampuan untuk saling berbagi dan
memiliki kemampuan untuk bisa saling berdiskusi.
Hal
penting lainnya adalah harus ada komitmen untuk meningkatkan potensi
diri, beradaptasi pada perubahan, dan motivasi yang kuat untuk terus
belajar.
Komunitas
belajar itu saling melengkapi. Kalau ada guru yang masih belepotan dalam
memahami kurikulum merdeka, kita bisa sharing. Diskusi biasanya lebih
efektif karena bisa saling memberi masukan dan mengevaluasi.
Apa
yang perlu dilengkapi dengan komunitas belajar ini? Pertama, tetapkan
jadwal. Dalam satu Minggu mau pakai hari apa. Misalnya hari Rabu, saat
siswa eskul Pramuka. Siswa bisa dibimbing oleh pembina Pramuka dari luar
sekolah atau sesama siswa yang sudah tingkat Pramuka lebih tinggi.
Kedua,
menetapkan pilihan materi yang akan jadi tema dalam komunitas belajar,
misalnya digitalisasi pendidikan, rapor pendidikan, pembelajaran
berdiferensiasi, penggunaan Canva, pencegahan perundungan di sekolah,
dan lainnya.
Ketiga,
pemateri. Untuk pemateri bisa dari sekolah sendiri atau luar sekolah.
Kita bisa memberdayakan guru dari sekolah sendiri, mungkin banyak yang
sudah mendapatkan pelatihan terlebih dahulu, lalu bisa berbagi dengan
guru lainnya. Bisa juga mendatangkan dari luar biasanya akan lebih
menarik karena efek kebosanan kalau dari guru sendiri.
Komunitas
belajar ibarat forum guru yang bisa saling berbagi tentang pendidikan.
Ayo manfaatkan komunitas belajar untuk saling berbagi.

Post a Comment for "Mengelola Komunitas Belajar di Sekolah"
Kata Pengunjung: