Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Empati Warga Indonesia di Banjir Sumatera

sumber foto: https://news.republika.co.id/berita/t6zcrd393/kerugian-banjir-sumatera-sepadankah-dengan-keuntungan-daerah-dari-eksploitasi-alam

 Bencana yang terjadi di Sumatra yaitu Aceh, Sumatra Utara dan Sumatra Barat banyak memakan korban. Baik itu harta, benda, bahkan nyawa. Berapa korbannya? 

Data BNPB pada Senin, 8 Desember menyatakan jumlah korban meninggal dunia bertambah menjadi 961 jiwa dan jumlah pengungsi mencapai lebih dari 1 juta jiwa.

Telah banyak pihak yang membantu korban bencana di sana. Ada yang melalui lembaga, perorangan, partai, atau lainnya. Salah satu yang disoroti adalah seorang tokoh sosial Ferry Irwandi bersama Kitabisa.com yang telah menyalurkan Rp. 10 miliar. 

Banyak orang terenyuh dengan bencana itu. Rasa empati membumbung tinggi. Setiap kesusahan yang dialami saudara kita merupakan kesedihan kita juga. Apalagi sampai sedemikian rupa bencana yang terjadi. Bangunan pribadi dan umum hancur berantakan. Korban jiwa sangat banyak. 

Bersyukur rasa kepedulian kita cukup tinggi. Hingga di pelosok Jawa juga tergerak untuk berdonasi. Sekadar meringankan beban sesama. Ada yang ambil dari dompet atau gaji. Tabungan atau simpanan dikorek untuk diberikan kepada mereka. 

Ada yang langsung ke sana. Menggunakan kendaraan roda dua, roda empat, bahkan pesawat terbang. Tokoh publik, artis, influencer, dan orang biasa. Semua berjibaku ingin segera menyingkirkan kesedihan dari sana. 

Anak-anak di sekolah saya pun demikian. Mereka mengumpulkan menyisihkan uang jajan. Lantas disumbang lewat lembaga kemanusiaan. Nantinya diberikan kepada mereka yang di sana. Sedikit memang jika dibanding bantuan pemerintah atau halang dana yang viral itu. Namun, yang sedikit itu, semoga membuktikan bahwa kami juga peduli. Kalian di sana juga saudara kami. Kami juga sedih dengan bencana itu. 


Sedih juga penyebab banjirnya adalah pembalakan liar. Penebangan pohon di daerah hutan. Hutan gundul tak mampu menahan derasnya hujan di sana. Bencana itu juga membuka mata bahwa hutan Indonesia sedang tak baik-baik saja. Seharusnya membuka mata kita ada penjarahan terhadap hutan kita. Tapi entahlah hingga sekarang belum ada gebrakan dan gerakan nyata. 

Padahal,ribuan gelondongan kayu terpotong rapi di berbagai pantai, sungai, dan danau. Ribuan kubik kayu rapi itu amatlah aneh terpotong rapi kalau tanpa mesin atau alat. Banjir membuka dan menguaknya. Lantas, menunggu apa lagi? Apakah  baru akan tergerak kalau ada pejabat atau saudaranya yang jadi korban? 


Post a Comment for "Empati Warga Indonesia di Banjir Sumatera "